Jangan panik, ini gejala omicron dan cara mengatasi

Kemkes mencatat tidak ada perbedaan karakteristik gejala Covid-19 Omicron antara pasien perjalanan luar negeri dan pasien transmisi lokal. Sebagian besar gejala pasien Covid-19 Omicron di Indonesia adalah ringan dan tanpa gejala. Gejala Covid-19 Omicron di Indonesia paling banyak yang dialami pasien adalah batuk, pilek dan demam. Gejala Covid-19 Omicron ini mirip sakit flu biasa.

Kemenkes mengeluarkan aturan baru untuk penanganan Covid-19 Omicron di Indonesia. Dengan aturan baru tersebut, pasien Covid-19 Omicron di Indonesia boleh menjalani perawatan dan isolasi mandiri di rumah. Namun tidak semua pasien konfirmasi Covid-19 Omicron di Indonesia bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Sesuai aturan terbaru, ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan jika pasien Covid-19 Omicron ingin isolasi mandiri di rumah.

Dalam surat edaran baru ditetapkan bahwa pasien konfirmasi Covid-19 tanpa gejala dan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri jika memenuhi syarat klinis dan syarat rumah. Syarat klinis isolasi mandiri pasien Covid-10 Omicron : Berusia 45 tahun ke bawah Tidak memiliki komorbid Dapat mengakses telemedicine atau layanan kesehatan lainnya Berkomitmen untuk tetap diisolasi sebelum diizinkan keluar. Syarat rumah untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 Omicron: Pasien harus dapat tinggal di kamar terpisah, lebih baik lagi jika lantai terpisah Ada kamar mandi di dalam rumah terpisah dengan penghuni rumah lainnya Dapat mengakses pulse oksimete

Gejala yang paling umum ditemukan pada penderita Covid-19 varian Omicron di Indonesia adalah sebagai berikut: Batuk kering, Mudah lelah, Hidung tersumbat, Pilek, Sakit kepala.

1. Mengisolasi diri Melansir dari New York Times, Sabtu (18/12/2021) pakar dan ahli kesehatan menyebutkan, ketika tes PCR menunjukkan hasil positif Covid-19, Anda bisa mengisolasi diri sesegera mungkin, bahkan jika tidak bergejala sekalipun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan isolasi mandiri selama 10 hari setelah positif terpapar virus corona varian apa pun. CDC merekomendasikan, isolasi mandiri dapat dimulai sejak hari pertama munculnya gejala. Di samping itu, CDC juga menyebut beberapa orang yang telah divaksinasi lengkap mungkin dapat bergerak lebih bebas di sekitar rumah dan dapat sembuh lebih cepat. "Jika Anda telah divaksinasi lengkap dan tidak memiliki gejala, Anda dapat melakukan tes Covid-19 mulai hari kelima setelah dikonfirmasi, dan berhenti isolasi mandiri setelah menjalani dua tes PCR yang dinyatakan negatif dalam selang waktu beberapa hari," imbuh dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dari Universitas Brown, Dr Ashish K Jha. Pakar penyakit menular di University of California, San Francisco, Dr Peter Chin-Hong mengatakan, isolasi dapat dilakukan dengan memisahkan diri dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah, dan tidak bepergian keluar. Meski sulit, Anda diharuskan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa berkontak langsung dengan keluarga untuk menjaga mereka tetap aman dan terlindungi. Jika memungkinkan, makanan dapat diantarkan ke depan pintu kamar untuk meminimalkan kontak langsung. Kemudian, jika rumah memiliki lebih dari satu kamar mandi, maka tentukan satu tempat khusus untuk pasien Covid-19. Namun, jika hanya ada satu kamar mandi, Anda dan keluarga harus selalu memakai masker, dan setelahnya lakukan desinfeksi dudukan maupun gagang toilet, gagang keran, tempat sabun, serta sakelar lampu. Selain itu, pastikan ventilasi udara dan jendela terbuka, agar sirkulasi udara berputar dengan baik. Orang-orang yang tinggal serumah harus berhati-hati, tetapi mereka tidak perlu panik terutama jika mereka telah divaksinasi. “Tingkat penularan Covid di dalam rumah tangga tidak 100 persen (menular) dalam jangka panjang, bahkan pada varian (Covid-19) yang lebih menular,” jelas Dr Paul Sax, ahli penyakit menular di Brigham and Women's Hospital dan profesor di Harvard Medical School. Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah, saat gejala Covid-19 terus berlanjut, segera konsultasikan kondisi tersebut dengan dokter dan tetap lakukan isolasi mandiri. Sebab, orang yang sistem kekebalannya rendah atau memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya kemungkinan rentan terhadap infeksi yang lebih lama. Hal tersebut tergantung pada hasil tes, dan masa isolasi mungkin akan diperpanjang hingga 20